Info kilasan – Dalam beberapa minggu terakhir, Indonesia telah menjadi saksi dari gelombang reaksi artis yang kuat terkait dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai pencalonan Kepala Daerah. Sejumlah reaksi artis, termasuk Pandji Pragiwaksono, Najwa Shihab, Bintang Emon, dan Wanda Hamidah, telah meluapkan pendapat mereka melalui media sosial dengan menggunakan tagar #PeringatanDaruratIndonesia dan #KawalPutusanMK.
Wanda Hamidah, salah satu reaksi artis yang turut bersuara, mengungkapkan ketidakpuasannya secara terbuka. Dalam unggahannya di Instagram, ia tidak hanya menyampaikan pandangannya mengenai situasi politik terkini, tetapi juga mengecam apa yang ia anggap sebagai kesewenang-wenangan oleh para elit politik.
Dalam sebuah unggahan yang berapi-api, Wanda Hamidah menyebutkan bahwa Indonesia saat ini berada dalam kondisi “darurat”. Ia menegaskan bahwa masalah yang dihadapi tidak sekadar berkisar pada siapa yang dapat atau tidak dapat maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), tetapi mencakup isu yang lebih luas terkait dengan integritas konstitusi.
“Darurat. Ini bukan soal siapa yang bisa atau nggak bisa maju Pilkada. Bahkan bukan hanya soal Pilkada. Juga bukan soal MK versus DPR atau siapa saja,” tulis Wanda Hamidah di Instagram.
Menurut Wanda, situasi ini mencerminkan masalah yang lebih mendalam terkait dengan cara para pembangkang konstitusi memperlakukan aturan dan prinsip dasar demokrasi. “Ini soal kesewenang-wenangan yang semakin telanjang dipertontonkan oleh para pembangkang konstitusi,” tambahnya.
“Baca juga: Ridwan Kamil dan Keputusan Strategis di Pilkada Jabar 2024”
Wanda mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap apa yang dianggapnya sebagai manipulasi aturan main oleh elit politik untuk kepentingan pribadi mereka. Ia menduga bahwa para politisi sengaja membolak-balikkan konstitusi untuk memperoleh kekuasaan dan menguasai sumber daya alam negara.
“Mereka membolak-balik aturan main berpolitik dalam konstitusi untuk jabatan-jabatan yang mereka inginkan, untuk menghisap kita dan sumber daya alam kita nantinya,” tulisnya. Wanda juga mengkritik kondisi sosial yang dinilai membuat warga menjadi apatis dan lebih fokus pada bantuan sosial daripada memperhatikan persoalan politik yang lebih penting.
Dalam unggahannya, Wanda menggambarkan skenario yang mungkin terjadi jika elit politik yang berkuasa menang dalam Pilkada. Ia memperkirakan bahwa pemimpin yang terpilih akan hanya digunakan sebagai alat untuk meraih kekuasaan, lalu setelahnya meninggalkan rakyat dan mengorbankan hak-hak mereka demi pembangunan yang merugikan masyarakat.
“Digiring ke TPS, diambil suaranya untuk kekuasaan, lalu ditinggal setelah kekuasaan ada di tangan mereka. Setelah berkuasa, mereka menggusur warga, mengambil tanah atas nama pembangunan, mengorupsi hak kita utk dapat pelayanan publik,” jelasnya.
Menghadapi situasi ini, Wanda Hamidah mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk ikut menjaga konstitusi dan demokrasi. Ia mendukung aksi unjuk rasa yang akan dilakukan di DPR RI dan Istana Negara sebagai bentuk protes terhadap perubahan yang dianggapnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip konstitusi.
“Mereka perusak konstitusi, kita penjaga konstitusi. Mereka bisa melakukan pembangkangan konstitusi, kita bisa melakukan pembangkangan warga (civil disobedience),” tulis Wanda Hamidah.
Selain itu, Wanda juga menyerukan agar diskusi tentang masalah ini dilakukan di berbagai platform, baik di jalanan, ruang-ruang diskusi, maupun media sosial. Ia menekankan pentingnya gerakan kolektif untuk menjaga integritas negara hukum dan demokrasi.
“Simak juga: Gibran Hadir Dukung Kang Emil-Suswono di Pilgub Jakarta”
Wanda Hamidah mendukung penuh gerakan massa yang akan turun ke jalan dan mengadakan aksi unjuk rasa. Ia berharap bahwa melalui gerakan ini, masyarakat dapat lebih memahami dan terlibat dalam upaya menjaga konstitusi.
“Sampai ketemu di jalanan, di ruang-ruang diskusi, di media sosial, di manapun kamu bisa, tapi kita harus bergerak. Ini darurat negara hukum dan demokrasi. Darurat,” tegasnya.
Pernyataan Wanda Hamidah menyoroti kekhawatiran mendalam terhadap situasi politik dan konstitusi di Indonesia. Dalam konteks putusan MK dan perdebatan politik yang sedang berlangsung. Suara Wanda dan para artis lainnya menggambarkan ketegangan dan keprihatinan publik terhadap arah masa depan negara. Seruan mereka untuk menjaga konstitusi dan terlibat dalam aksi kolektif menunjukkan komitmen mereka terhadap demokrasi dan keadilan sosial di Indonesia.