5 Mata Uang Terendah di ASEAN, Indonesia Termasuk
infokilasan.com – Mata uang terendah di ASEAN menunjukkan tantangan ekonomi yang dihadapi oleh beberapa negara di kawasan tersebut. Daftar ini disusun berdasarkan nilai tukar mata uang terhadap dolar AS. Dari 11 negara anggota ASEAN, lima negara memiliki mata uang dengan nilai tukar yang cukup rendah.
“Baca Juga: Jadwal dan Link Live Streaming F1 GP Bahrain 2025 di Vision+”
Meskipun nilai tukar rendah tidak selalu mencerminkan lemahnya ekonomi, hal ini tetap penting untuk diperhatikan, terutama dalam perdagangan internasional dan investasi asing. Beberapa faktor seperti inflasi, ketidakstabilan politik, dan kebijakan ekonomi dapat memengaruhi nilai tukar mata uang.
Dong Vietnam (VND)
Dong Vietnam adalah mata uang terlemah di ASEAN. Pada September 2024, nilai tukar 1 USD setara dengan 26.005 VND. Lemahnya dong disebabkan oleh penurunan ekspor, regulasi investasi asing yang ketat, dan masalah sektor properti. Faktor-faktor ini memberi tekanan pada ekonomi Vietnam.
Kip Laos (LAK)
Kip Laos berada di posisi kedua dengan nilai tukar 1 USD setara dengan 21.637 LAK. Laos menghadapi pertumbuhan ekonomi yang lambat dan utang luar negeri yang tinggi. Pemerintahnya berjuang mengendalikan inflasi, namun nilai kip tetap rendah.
Rupiah Indonesia (IDR)
Indonesia, meski menjadi negara ekonomi terbesar di ASEAN, memiliki rupiah sebagai mata uang terendah ketiga. Pada kuartal ketiga 2024, nilai tukar rupiah tercatat Rp16.965 per USD. Beberapa faktor, termasuk inflasi dan ketidakpastian pasar domestik, berperan dalam penurunan nilai rupiah.
Riel Kamboja (KHR)
Riel Kamboja adalah mata uang keempat terendah di ASEAN. Nilai tukarnya mencapai 4.000 KHR per USD. Meskipun ekonomi Kamboja berkembang, sebagian besar transaksi besar masih menggunakan dolar AS. Hal ini membuat riel kurang dominan di Kamboja.
Kyat Myanmar (MMK)
Kyat Myanmar menempati posisi kelima dengan nilai tukar 1 USD mencapai 2.101 MMK. Ketidakstabilan politik dan ekonomi Myanmar sangat memengaruhi nilai tukar kyat. Konflik internal dan sanksi internasional membuat ekonomi Myanmar tertekan.
“Baca Juga: Pemerintah dan Pengusaha Bahas Strategi Hadapi Tarif AS 32%”
Nilai tukar mata uang di ASEAN dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, dan situasi ini menjadi perhatian bagi negara-negara tersebut dalam menjaga kestabilan ekonomi mereka.